Banyak orang tua yang mengatakan bahwa zaman ini sudah sangat
berbeda dengan zaman saat mereka muda dulu, dimana orang-orang masih sering
menyapa satu sama lain dan tidak dengan tekanan seperti dibawah ini. Kemudian
saya sempat berpikir dengan tiga kata
tersebut, Tolong, Maaf dan Terimakasih. Apa hubungannya ? berinteraksi dengan
orang lain membutuhkan sebuah sikap dimana kita dapat menjalin komunikasi dan
tidak menyakiti satu sama lain. Tolong, Maaf dan Terimakasih adalah 3 kata yang
“harusnya” sering digunakan bila kita sering berinteraksi dengan orang lain. 3
kata diatas menggambarkan sebuah sopan santun yang kental melekat terutama pada
karakter orang Indonesia yang terkenal sopan dan ramah. Kemudian apa jadinya
kita, bangsa yang dikenal sopan dan ramah itu kemudian tidak lagi menggunakan
kata Tolong, Maaf dan Terimakasih kepada orang lain ? Sudah banyak artikel yang
membahas bahwa perlunya anak diajarkan 3 kata diatas. Boleh saja kita lihat,
berapa banyak orang sekarang yang sering menggunakan 3 kata diatas ?
“Tolong” bisanya digunakan bila kita membutuhkan
bantuan dari orang lain. Saya menganggap wajar bila kata ini yang seharusnya
diajarkan kepada anak bahkan bila perlu saat dia sudah berhasil mengatakan “papa” dan “mama”. Bisa dilihat bahwa kita sudah
tidak mau repot-repot lagi menggunakan kata “Tolong” bila membutuhkan bantuan
orang lain, seringkali yang kita lakukan adalah menyuruh atau memberikan
perintah langsung kepada orang lain saat kita membutuhkan sesuatu, bahkan tidak
jarang dengan sikap memaksa.
“TerimaKasih”
yang menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah “mengucap syukur; melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah
menerima kebaikan dsb” . Bisa kita bayangkan bahwa betapa tingginya makna
dari kata “TerimaKasih”, dengan mengucapkan “Terimakasih” pun kita sudah
membalas budi dari kebaikan atau bantuan yang kita terima dari orang lain.
Mengucapkan “Terimakasih” tidak hanya dengan sesama teman, kakak atau orang
kita kenal saja, sudahkah kita mengucapkan “Terimakasih” pada tukang warung
yang memberikan kembalian atau yang sudah melayani kita? Atau sudahkah kita
mengucapkan “Terimakasih” kepada tukang parkir yang membantu memarkirkan
kendaraan kita atau orang-orang yang sering disebut “pak ogah” yang sudah
membantu kita bila kita ingin melakukan putar balik di jalan raya ? mungkin
kita berpikir bahwa dengan memberikan mereka uang sudah mewakili rasa “Terimakasih”
kita, dengan begitu secara tidak langsung kita menyetarakan nilai dan makna
dari kata “Terimakasih” dengan uang kertas yang bernilai 2.000 rupiah.
“Maaf” sebuah kata yang dapat mempengaruhi hubungan
antar manusia. Manusia tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, bahkan berbuat
salah sudah melekat dalam diri manusia.
Ada sebuah kata yang dapat membantu meperbaiki hubungan yang diakibatkan
oleh kesalahan-kesalahan kita, yaitu “Maaf”. Bahkan para psikolog mengatakan bahwa
Meminta Maaf adalah sebuah terapi yang dapat memulihkan rusaknya hubungan antar
manusia. Terkadang, kita rela mengorbankan hubungan kita dengan orang lain
hanya karna susah untuk meminta maaf atau bahkan memberi maaf. Menurut Dr. Dolly Hollander, sulitnya
berkata maaf ternyata ada sangkut pautnya dengan dengan cara orang tua
membesarkan kita. Pernah ada seorang
psikolog yang mengatakan kepada saya bahwa untuk bisa meminta maaf atau memberi
maaf, memang sebenarnya tidak mudah , bahkan bila perlu kita harus melalui
beberapa tahap untuk akhirnya bisa meminta maaf atau memberi maaf. Salah
satunya adalah Belajarlah Menerima, belajar menerima kesalahan yang dilakukan
orang lain atau bahkan diri sendiri, karna seperti pepatah yang mengatakan “Gajah
di pelupuk mata tidak tampak, kuman diseberang lautan tampak” kita terkadang
tidak menyadari kesalahan yang telah kita perbuat. “Maaf” bukanlah kata yang mahal, “Maaf”
bukanlah kata yang sulit. Belajarlah menerimanya, dan biasakanlah
mengatakannya.
Jadi,
sudahkah kita memulai dengan “Tolong”, “Terimakasih” dan “Maaf” ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar